Pelatihan Peace Education untuk Guru SMK di Medan, Strategi Baru Tekan Bullying di Sekolah


Opsiberita.com
- Fenomena bullying di lingkungan sekolah tak hanya melukai korban secara fisik, tetapi juga menyisakan luka psikis jangka panjang.

Untuk menjawab tantangan tersebut, sebuah inisiatif pengembangan model manajemen pelatihan peace education (pendidikan perdamaian) digelar di SMK Negeri 7 Medan, Jalan STM Nomor 12 E, Selasa (17/6/2025) pukul 09.00 WIB.

Pelatihan ini menyasar guru-guru SMK sebagai garda terdepan dalam membangun budaya damai di lingkungan sekolah.

Kegiatan ini diinisiasi oleh Dody Arisandy, S.Pd., M.M., mahasiswa Program Pascasarjana (PPS) S3 Universitas Negeri Medan (Unimed) angkatan 2023.

Selain sebagai akademisi, Dody juga menjabat sebagai Kepala Sekolah SMK Penerbangan (SPAN) Medan, yang aktif mengembangkan pendekatan pendidikan karakter dan manajemen konflik di sekolah vokasi.

Dalam paparannya, Dody menekankan bahwa peace education bukan hanya teori, tetapi strategi konkret yang bisa dijalankan di ruang kelas.

"Guru perlu memahami bahwa mereka punya peran besar dalam mencegah konflik dan membangun relasi sehat antar siswa. Pendidikan damai harus dimulai dari cara kita mengajar dan memperlakukan siswa sehari-hari," tegas Dody.

Menurut Dody, model pelatihan ini dirancang secara sistematis dengan pendekatan manajerial yang memudahkan guru memahami akar persoalan bullying dan cara menangani kasus secara tepat.

Selain itu, pelatihan ini juga membekali guru dengan keterampilan empatik, komunikasi non-kekerasan, dan pembinaan karakter.

Kepala Cabang Dinas (Kacabdis) Wilayah I Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, Yafizham Parinduri, S.Sos., M.AP., yang turut menjadi narasumber, menyambut baik kegiatan ini sebagai bentuk konkret reformasi pendidikan karakter. Ia menilai pendekatan peace education sangat relevan diterapkan di tengah meningkatnya kekerasan psikologis di lingkungan sekolah.

“Guru bukan sekadar pengajar, tetapi pembimbing moral. Kita ingin sekolah menjadi ruang aman dan nyaman bagi semua siswa, tanpa terkecuali,” kata Yafizham.

Hal senada juga disampaikan Ida Farida, Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Medan yang juga menjabat sebagai Ketua Sub Rayon 02. Ia menyoroti pentingnya pelatihan berkelanjutan dan evaluasi dampak setelah pelatihan.

"Kita tidak bisa hanya berhenti di pelatihan. Harus ada monitoring, pendampingan, dan refleksi berkala agar nilai-nilai perdamaian betul-betul hidup di sekolah," jelas Ida.

Ida juga menyebutkan bahwa kolaborasi antar sekolah dalam satu rayon bisa memperkuat jaringan pelindung terhadap bullying. Dengan menyatukan komitmen, setiap sekolah akan saling belajar, berbagi praktik baik, dan saling menguatkan dalam misi pendidikan damai.

Sementara itu, Evi Herawati Lubis, Kepala Sekolah SMK Negeri 7 Medan yang menjadi tuan rumah kegiatan, menekankan bahwa pelatihan ini menjadi momentum penting untuk mengubah paradigma pendidikan. Menurutnya, guru harus menjadi agen perdamaian, bukan hanya pengendali disiplin.

"Kami ingin membentuk sekolah yang tidak hanya unggul dalam keterampilan vokasi, tetapi juga unggul dalam membentuk karakter anak bangsa. Itulah esensi pendidikan sesungguhnya," ujar Evi.

Budi Hartoyo, SE., MM., seorang pemerhati pendidikan Sumatera Utara, hadir sebagai narasumber dengan membawa perspektif makro tentang pentingnya membumikan pendidikan damai di era digital. Ia menyoroti bahwa perundungan kini tidak hanya terjadi di sekolah, tapi juga di media sosial.

"Anak-anak kita sekarang hidup di dua dunia, dunia nyata dan dunia digital. Maka, pendekatan perdamaian juga harus merespons tantangan digital dengan memperkuat literasi emosi dan digital ethics di kalangan pendidik," pungkas Budi.

Dari sesi diskusi, muncul berbagai gagasan segar untuk diadopsi di masing-masing sekolah. Para peserta juga menyepakati pentingnya membangun sistem pelatihan berjenjang dan integratif dalam peace education, agar tidak hanya menjadi event sesaat, melainkan menjadi bagian dari kultur kelembagaan sekolah.

Acara yang diikuti puluhan guru SMK ini mendapat antusiasme tinggi. Banyak peserta menyatakan pelatihan ini membuka wawasan baru yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya.

Tak hanya teori, pelatihan ini juga membangun solidaritas antar pendidik untuk saling mendukung dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan damai.

Dengan pengembangan model yang matang dan kolaborasi lintas sekolah serta dukungan dari pemerintah daerah, program pelatihan ini diharapkan menjadi cetak biru dalam penanganan bullying di SMK seluruh Kota Medan, bahkan meluas ke kabupaten dan kota lain di Sumatera Utara. (ob/adm)

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Formulir Kontak